Social Icons

Saturday, December 18, 2010

Pertemuan yang Belum Bisa Kumaknai (Part I)

Hari ini mentari bersinar terang, sengatan panasnya masih sangat terasa walau jam sudah menunjukkan pukul 2:45. Sambilku pandang langit yang jernih bagai hamparan permadani biru muda, sesekali kulirik jam clasic dalam Nokiaku yang tak jauh berada berada di samping mejaku.Perasaanku mulai cemas, ketika jemari-jemari penunjuk waktu itu sudah melewati batas janjiku untuk bertemu denganmu. "Maybe 2:45 I'll be there"itulah sepotong sms janji yang pernah kukirimkan ke HPmu satu jam yang lalu,Aku masih ingat balasan yang kamu kirimkan untukku 5 menit setelah itu"Okay. I should bring my own thing as gift for you so that you'll never forget me. hahaha..." dengan perasaan bersalah kucoba untuk membaca lagi sms yang kamu kirimkan itu, aku masih belum tau apa yang sebenarnya yang kamu maksud tapi aku merasa sangat bersalah karena sudah berjanji padamu. mmmm(^._.^)

Dalam perasaan gundah dan tak tau apa yang harus kulakukan, kucoba merenungi kejadian 3 hari yang lalu ketika kita sama-sama dalam perjalanan pulang. Aku tak tau apa yang kamu bicarakan dengan kawanmu waktu itu, sesekali kudegar kalian menyebutkan namaku. Aku hanya bisaber doa supaya apa yang kamu bicarakan itu adalah sisi baikku (he he he). Dengan mata yang tidak bisa kupejamkan setelah kutegak Capucino asli di caffee shop pinggir jalan tadi, aku menyimak beberapa pembicaraan panjangmu itu, bahasa alien negeri entahberantah yang kamu gunakan membuatku hanya bisa membesitkan dalam hati kecilku sendiri kalau bangsamu juga sama seperti bangsaku yang suka menggosib disepanjang perjalanan.

"Do you have girl friend?"tiba-tiba temanmu menyedor pertanyaan yang membuatku harus tersengir dengan senyuman yang tak karuan. "He He He He" itulah jawaban pertama yang bisa kuberikan, selanjutnya baru kuceritakan apa yang sebenarnya. Anggukan dan senyuman yang tersunging di wajahmu, bisa kupastikan kalian mengerti apa yang aku katakan. Selanjutnya sederetan pertanyaan menyangkut pribadiku tak luput kalian tanyakan padaku. ( ^ _ ^ )

Treeeeeeetttttt, treeetttttttttttt, treeeettttttttbunyi HPku yang tiba-tiba menyadarkanku dari lamunan yang sesaat itu. Dengan cepat aku gapai HP kesayangaku yang dari tadi masih tergeletak tak jauh dari mejaku. Rupanya, ada sebuah sms yang masuk, dengan segera kucoba untuk membukanya "Saya sudah masuk kedalam, mungkin kita dapat mencari waktu yang lain untuk bertemu" itulah kira-kira isi sms darimu. Aku merasa bagai disambar petir di siang bolong,bagaimana mungkin kita bisa bertemu lagi? Mungkin juga kita akan bertemu lagi tahun depan, tapi aku tidak yakin dengan hal itu. Dengan perasaan bersalah kucoba edit sms yang kamu kirimkan itu dan kuteruskan kepada sahabatku dengan tidak lupa kutambahkan beberapa kata lagi di bawahnya"Kalau kau bisa pergi, jemput aku di tempat biasa".

Dengan berharap cemas, aku menunggu balasan sms dari sahabat setiaku itu. Dia memang sahabat setiaku, sahabat yang selalu ada di dalam hari-hariku. Dia sangat paham akan perasaan yang sedang aku alami dan dia juga sangat mengerti apa saja yang sedang kupikirkan. Treeeetttt, kaliini HPku kembali berbunyi tapi aku tidak membiarkan dia berbunyi kedua dan ketiga kali lagi. Jari jempol kananku yang sudah siap dari tadi melaksanakan tugas dengan sempurna, tekan tombol unlock selanjutnya tombol * dan open massage. "Aku kesana sekarang, tunggu dibawah ya!", Ya Allah, aku bertakbir di dalam hatiku, Engkau menganugrahkanku banyak teman setia, tap ihanya yang satu ini yang sangat mengerti akan perasaanku. Terima kasih Ya Allah. Tanpa membuang waktu sedikitpun, segera ku raih helm dan switer kesayanganku yang sudah kupersiapkan sebelumnya, dengan singgap kuberlari keluar dan di depan sana dia sudah menungguku dengan senyuman khasnya.

Tidak banyak omongan yang kami perbincangkan selama perjalanan itu, aku terlalu sibuk dengan perasaanku sendiri, dia juga sibuk menelpon kawannya, mengabarkan bahwa dia harus keluar sebentar. Sebenarnya dia sedang sibuk dengankegiatannya, tapi masih menyempatkan diri hanya untuk menemaniku(Alhamdulillah,sekali lagi aku bersyukur memiliki kawan seperti dia).

Setelah menempuh perjalan sekitar 10menit(karena memang tidak terlalu jauh dari tempatku), kami tiba di tempat yang telah kujanjikan untuk bertemu dengannya. Segara aku mencarinya di deretan bangku panjang yang tersusun rapi di tempat itu, mungkin dia ada disitu."Mungkin di ujung sana" teriak sahabatku. Aku berlari kecil ke ujung sisi kiri bangunan megah itu, tapi aku tidak menemukannya. Aku hanya melihat beberapa bapak-bapak yang sedang nimbrung di cafe di salah satu sudut bagunan itu, sesekali mereka milirik ke kiri dan ke kanan mungkin mereka juga sedang menunggu seseorang.

Sudah semua sudut bagian luar bagunan megah itu aku periksa, aku juga tidak menemukanmu. "Mungkin dia sudah di dalam, coba telpon dulu", saran sahabatku. Dengan segera aku mencari nomornya dalam sekumpulan kontak di memory teleponku. Setelah kutemukan, tekan ok"Call". "Hey, where are you now?", tiba-tiba sebuah sapaan lembut menyambutku dari ujung sana. Aku tau itu adalah kamu. "I wait you in lobby now...", sepotong jawaban singkat dariku, setelah itu kudengarbunyi tuuutt tuutt tuuutt, kamu menutup telepon."Dia sudah di dalam dan akan kelua rsebentar lagi, kita tunggu disana saja..." sambil kutunjuk ke arah bangku kosong yang tepat berada di depan pintu utama gedung itu. Aku memilih duduk disebelah kiri sahabatku. Kali ini cara dudukku persis seperti gaya pelatih sepakbola yang sedang menunggu detik-detik terakhir pertandingan dimana marka 1-0 untuk tim asuhannya. Aku duduk persis di bagian paling depan bangku, mungkin hanya 1/3 dari lebarnya yang aku gunakan, kakiku kumiringkan seoptimal mungkin untuk mendapatkan kuda-kuda yang sempurna dan tanganku yang saling menggenggam kuletakkan di atas paha untuk menompang tubuhku yang kucondongkan tiga puluh derajat kedepan. Tatapan mataku hanya terfokus ke satu titik saja yaitu pintu kaca gedung itu. Perfect, itu yang mungkin aku pikirkan tentang gaya duduk ku itu, gaya yang siap menyambut apapun kejadian yang akan terjadi.

Tiba-tiba mata ku berhenti pada dua bayangan anak manusia di dalam gedung itu, mereka melambaikan tangan ke arah aku. Aku dan sahabatku langsung berdiri,seperti sudah kuduga sahabatku kalah cepat berdiri dengan aku, karena pengaruh gaya duduk yang aku praktekkkan tadi(ha ha ha). Mataku hanya terfokus pada bayangan wanita itu, aku sama sekali tidak berminat untuk memandang bayangan pria yang berdiri di sampingnya. Dalam keremangan aku mulai mereka-reka kalau itu bukan kamu. Tubuhnya terlihat sedikit agak bongsor dengan gaya rambut yang dipotong poni, itu sama sekali bukan kamu yang ku kenal 8 hari yang lalu. Kamu yang kukenal adalah sosok gadis yang memiki tubuh mungil dengan rambut panjang lurus sedada. Aku masih ingat setiap ada kesempatan, kamu selalu menyisir rambut lembutmu itu dengan sepuluhjari-jari tanganmu, amboiiii...Indah sekali. "Itu mereka...",tiba-tiba sahabatku berteriak. Oh tuhan, aku lupa...kalau semalam aku juga berjanji untuk menemui mereka di tempat yang sama untuk menemui dia. Mereka kawanaku, kawan sahabatku juga. Kenapa aku lupa mereka? padahal semalam aku bersama mereka di penginapannya. Kami bermain kartu sampai larut malam, ketawa sambil memukul-mukul bantal jika ada diantara kami yang kalah dalam bermain. Sungguh suatu moment yang tidak bisa aku lupakan. Tapi, kenapa hari ini aku melupakan mereka? Mungkin aura untuk bertemu dengan dia sudah memenuhi setiap relungingatanku.

Kini sepasang bayangan yang aku liat tadi telah berubah menjadi manusia beneran yang kini berdiri persis di depan kami."Hey, my freind..." dengan gaya kerbarat-baratan yang dibuat-buat, si pria itu memanggil kami. Dia anak yang sangat periang, dia lebih muda lima tahun dari aku. Menurut aku dia sangat jenaka tapi dia penyuka bad word dalam bahasa negerinya. Di setiap ada kesempatan dia pasti mengajariku akan beberapa bad word dalam bahasa aliennya. Mulai dari kata yang remeh temeh, sampai dengan kata yang bisa membuat orang benci tujuh turunan jika diucapkan. Itulah dia,dia akan tebahak-bahak ketika aku dan sahabatku mempraktekkan setiap kata yang dia ajaran, sungguh anak muda yang aneh(heheh). Dia langsung menuju ke arahku dengan gerakan tangannya siap menerkam tubuhku. Aku tau dia ingin memelukku untuk terakhir kalinya dalam kesempatan ini. Segera aku sambut pelukan hangatnya persahaban itu. Kulirik sahabatku yang berdiri disampingku, dia sedang berjabat tangan dengan si wanita yang ikut tadi.

Belum sempat kutanyakan "Where others..." tiba-tiba "Hellooooooooooo...." suatu suara serempak datang memberondong kami dari arah pintu masuk bagunan itu. Suara lima orang anak muda-mudi itu seperti gemuruh angin di musim kemarau yang mengejutkan kami. "Helloooo" kami ikut menyambut kedatangan mereka. Mereka juga kawan kami, mereka satu tim dengan sipria dan wanita yang tadi kami jumpai. Sambil kujabat tangan mereka satu persatu, mataku tetap dengan cermat mengeja setiap wajah yang keluar dari pintu kaca itu, dengan berharap kamu juga ikot bersama mereka untuk menemuiku disini.Tapi sayang aku tidak menemukanmu dalam keramain itu.

Dalam kecerian, haru dan senda tawa dengan mereka, hatiku merasa gelisah yang sangat dalam, dalam hati kubertanya"Apa kesalahanku? sehingga kamu tidak mau menemuiku untuk terakhir kalinya. Aku tahu kamu sangat menghargai waktu. Tapi tak bisakah kau maafkan aku kali ini?". Bermacam ragam pertanyaan muncul dari sanubariku."There are your friends..." tiba-tiba salah sorang dari ke tujuh kawankutadi menunjuk ke arah pintu kaca itu. Dengan cepat aku melihat ke arahnya pintu yang dari tadi menjadi objek yang paling menarik perhatianku. Tepat sekali, disana ku lihat dia keluar dengan kawan yang selalu bersamanya selama disini. Aku mulai menghapus segala pertanyaan yang terbesit di dalam hatiku dari tadi, karena itu adalah kamu yang datang untuk menemuiku. Aku pamitan padakawan-kawanku tadi, "I'm so sorry, I have to met her..."."Ciiiieeeeeee" hanya itu yang ku dengar jawaban dari mereka sambil Aku berlalu meninggalkan kawan-kawanku itu bersama sahabatku.

To be continue...