Aku sedikit melangkah lebih cepat kearah tigaanak muda yang sedang menungguku disana, tepat di depan pintu kaca itu. Mereka berbaris laksana pagar ayu yang sedang menyambut tamu terhormat yang datang dari ibu kota. Senyuman yang tersungnging di setiap wajah yang ku pandang itu--adalah senyuman yang selalu menghiasi hari-hariku sebelumnya. Wajah pertama yang menyambutku adalah seorang lelaki berwajah tampan, ia selalu bangga memamerkan kawat giginya di setiap helai senyumannya. Kujabat tanggannya dengan kuat, sambil kutanyakan "Are you ok..???"--"yes, I'am Ok...Thanks" dia menjawabnya dengan singkat. Kini aku beralih kepada seorang wanita yang berdiri di samping kirinya, "Haiii, Peu haba?"langsung ku sodorkannya sapaan akrab negeri ku tercinta. "Haba get" dia menjawabnya seakan-akan sudah lama disini. "Wow, it's so nice right...???" aku sambung lagi, karena aku tau dia hapal betul sapaan akrab itu. Dengan senyuman khasnya yang selalu mempertontonkan dua gigi kelincinya,dia membalas pujianku itu. Aku tak sabar menyapa sosok wanita yang berdiri dipaling kiri barisan itu. Tapi, kini tiba-tiba aku merasa ada sesuatu yang begoyang lebih cepat dalam tubuhku, tepat di dadaku, kudengar suara"dak dik duk" itu persis seperti kerata api zaman bahulak yang sedang mau berangkat. Pelan tapi pasti ketika mesin baru dihidupkan-- iramanya akan mulai berubah sedikit lebih cepat ketika masinis mulai menarik pedal gas yang ada didepanya -- semakin jauh pedal ditarik maka semakin kencang pula nada yang ditimbulkan lokomotif itu. Begitulah nasib mesin pemompa darahku kini, dia berdetak tidak karuan, tidak ada pedal yang ditarik, tidak pula bumi sedang bergetar, dia berdenyut semakin cepat seiring langkahku yang terakhir tepat dihapannya. Wajah manis yang selalu ceria kini tampak berduka menyambut kedatanganku, dia tidak berani menatapku. Tatapannya kini hanya ke arah lantai putih bangunan itu -- kulihat jari telunjuk tangan kanannya masih asik melingkari rambut halusmu itu. Aku tak tahu apa yang sedang engkau pikirkan?hatiku bertanya.
"Are you ok...???" aku pecahkan kesunyian itu walau dengan suara sedikit gugup. "yes..." seirama dengan sunggingan senyuman manis nan ayu itu, dia menjawab pertanyaanku. "ButI think, You look so sad today, why???" sambungku lagi, dia hanyamemandangku, tapi tak ada satu patah katapun keluar dari mulut manisnya itu. "She is not really want to leave here, She love your place.." tiba-tiba pria si pemakai kawat gigi itu menjawab pertanyaanku -- dia menyimak dan memperhatikan setiap pertanyaanku padanya dari tadi. "Oh ya... but you must back to your hometown..."sambil kualihkan padanganku kembali padanya. Lagi-lagi, hanya senyuman yang kudapatkan darinya. Walau hatiku belum mengerti apa yang dia rasakan, aku mulai merasa tenang, jantungku mulai berdenyut dengan normal, mungkin lokomotif sudah memasuki gerbang stasiun pertama yang dia jumpai setelah menempuh perjalanan satu jam tadi. Masinis mulai mengembalikan pedal gas itu ketempat semula --seiring roda-roda besi itu mulai mengendur putarannya.
Hanya berselang 5 menit setelah kami mengambil poto bersama untuk kesekian kalinya, sebuah pengunguman "Kepada seluruh tamu harap memasuki ruangan yang sudah disediakan..." datang tepat dari corong sebelah kanan pintu kaca itu. Itu artinya waktu kami untuk bertemu sudah habis. Kulirik ke kanan, ke arah sahabatku, dia sedang sibuk menerima berpelukan perpisahan dan salaman untuk terakhir kalinya dari kawan-kawannya itu. Kulihat kini mereka semua menuju ke arah kami berdiri, karena persis dibelakang kami berdiri adalah pintu masuk bagunan itu. Aku jabat tangan mereka satu persatu untuk terakhir kalinya, sambil tidak lupa kukatakan "We'llmiss you all...", mereka berlalu masuk ke dalam bangunan itu. Seiringan si pria dan wanita yang bersama dia tadi juga mengikuti jejak kawan-kawankuuntuk masuk ke dalam ruangan yang di batasi kaca hitam itu.
Aku menoleh kebelakang, dia masih tetap pada posisi semula, tidak ada tanda-tanda akan mengikuti jejak kawannya yang sudah berada didalam bagunan itu ."Oya, aku lupa, mungkin aku belum mengucapkan goodbye padanya" Aku balik posisi badanku yang dari tadi hanya menyampinginya. Badanku kini tepat didepanya, inilah saat yang aku tunggu-tunggu selama aku mengenalnya, saat dimana wajah ayunya itu hanya berjarak 50 cm dari hadapanku. Amboiii, dekat sekali....
Tiba-tiba hatiku galau lagi, sms yang dia kirimkan dua jam yang lalu kini mulai menerawang di setiap sel tubuhku, apa yang sebenarnya akan engkau berikan padaku? Apa yang kamu maksud "my ownthing as gift" itu? kenapa di akhir kalimat ada "you'll never forgetme"? aku bingung -- sungguh sebuah ironi yang membunuh seluruh karakterku. Apakah ini moment yang engkau tunggu-tunggu untuk memberikannya padaku? Tapi, tak kulihat tanda-tanda kamu membuka tas, atau mencari sesuatu dalam di saku bajumu untuk kau berikan padaku. Kamu hanya memandangku dengan sendu dari tadi. Kini pikiranku jauh melayang. Kalau bukan barang atau semacam sovenir, apa juga"as gift" yang ingin kau berikan padaku? batinku bertanya. Apakah engkau akan memberikan selain itu padaku? Atau... hatiku mulai menerka-nerka apa yang kamu maksud "you'll never forget me". Ataukah itu sebuah pelukan? atau sebuah ciuman.? "Oh, my god...!!!", Aku tidak bisa membayangkan kalau itu yang kamu maksud yang akan kau berikan padaku. Selama hidupku, aku belum pernah menerima kecupan ataupun pelukan dari seoarang wanita. Mungkin dulu waktu kecil aku pernah dicium dan dipeluk oleh keluarga, tetangga, dan sahabat-sahabat ibuku,tapi waktu itu aku belum mengenal akan dunia kecup mengecup dan peluk memeluk.
"Ya Allah jauhkan aku dari perbuatan ini, aku tak mau melanggar aturanMu itu" kini giliran imanku angkat bicara. Tapi, tahukah kalian, nafsuku jauh lebih bersemangat memompa bisa beracun dalam seluruh aliran darahku."Dia akan memberimu ciuman, jangan tunggu dia yang memulainya..!!! kamu harus duluan memulainya!!!" dia(nafsuku) tidak henti-hentinya membesitkan itu dalam relung hatiku. "Lihat matanya..!!! kamu hanya perlu membuka kedua tanganmu saja, maka dia akan tersungkur jatuh dalam pelukanmu" hujat nafsuku yang bejat itu. Kini aku hanya pasrah di depannya "aku akan menerima apa saja yang akan kau berikanpadaku" titah hati nuraniku, artinya nafsuku telah mampu mengalahkan imanku yang dhaif itu. Imanku tersungkur, aku tidak yakin dia akan bisa membuat hati nuraniku merubah keputusannya.
Tiba-tiba, tangan kananku bergerak dengan sendirinya tanpa ada aba-aba dari otak kiriku, dia bergerak seperti ada pendongkrak yang menekannya kuat dari bawah, aku tidak bisa menghalanginya.Pendongkrak ajaib itu membawa aku untuk menjulurkan tanganku tepat didepannya. Seper sekian detik sudah tanganku berada di depannya, tapi aku tidak melihat dia akan menerima salaman perpisahanku itu."I miss you so much..."itulah kata paling indah yang keluar dari mulutku waktu itu, yang membuatnya langsung menggenggam dengan erat tanganku itu. Dengan segera ku pandang kedua bola matanya itu, percikan sinaran bola matanya kini mengalir melewati selaput retinaku -- dan selanjutnya di teruskan kedalam urat-urat kecil dimana sekumpulan darah sedang menunggu yang akan membawanya ke dalam istana hatiku. Dengan seketika sinaran itu kini menjelma menjadi sekumpulan kata-kata yang masih kabur didalam batinku. Kucoba untuk mendekati lagi kata-kata itu, tapi sayang, rupanya dia menulisnya bahasa negerinya yang tidak pernah aku paham. Sungguh aku tak mengertiakan maksudmu itu. Aku harus belajar lagi tentang arti huruf-hurufmu itu...
Berlahan tapi pasti, aku mencoba merenggangkan eratan tangannya. Sebenarnya aku sangat menikmati moment ini, tapi sayang beribu sayang, pengunguman kedua dari corong yang sama datang lagi, membuatnya harus melepaskan lilitan tanganku yang besar itu. Dengan segera aku geser badanku 90 derajat kekiri, supaya apa yang aku pikirkan dari tadi tidak pernah terjadi. Rupanya gerakan cepatku tadi telah menyelamatkanku dari perbuatan yang tidak diridhoi oleh Allah, karena dia harus segera masuk ke dalam ruangan dan meninggalkan aku sendiri disini. Sambil berlari kecil dan melambaikan tangan, dia masih menyempatkan untuk melihatku di belakang. "Goodbye..."hanya itu yang terucap dari mulutku. Sambil kubalas lambaiyannya, aku terus memandanginya -- hingga sebuah tembok besar di dalam bangunan itu menghalangi pandanganku.
"Yok, kita balek..." sapa sahabatku yang dari tadi mengikuti moment yang membingungkan itu. "ok.."jawabku singkat. Kami berjalan ke parkiran yang ada di sebelah kiri gedungutama itu. Belum juga sampai kami di tampat sahabatku memarkir motornya, HPku yang dari tadi hanya bersemanyam dalam kantong jeanku, kini bergetar lagi. Rupanya ada 2 buah SMS yang masuk, kulihat salah satunya adalah dari nomornya. Seperti biasa tekan Unlock, lalu tombol *, open massage "It's very hard to say good bye, I just so quiet. I'll Miss you so much" itulah isi pesan singkatnya waktu itu. "I'll miss you so much too..." Aku membalasnyadengan singgab.
Kini aku berlalu dengan perasaan senang dan bahagia walaupun sesekali rasa penasaranku mendera, karena jujur aku belum bisa memaknai akan arti pertemuan ini. Aku tak tau kapan aku bisa mengerti akan semua ini?
Goodbye my BM...
1 comment:
Ceritanya seperti membawa pembaca masuk kedalamnya, seolah-olah menyaksikannya langsung (dalam khayal) hehehe.. Ceritanya bagus..
Post a Comment